Melihat Aktivitas SMB Vihara Avalokitesvara Muara Enim
March 31, 2024 in Seputar SMB
Kali ini kita akan melihat aktivitas SMB (Sekolah Minggu Buddhis) di Vihara Avalokitesvara, Muara Enim (Sumatera Selatan).
Di vihara ini setiap hari Minggu ada kegiatan SMB. Kegiatan SMB berlangsung pukul 08.30 hingga 10.00 WIB. Kecuali ada latihan nyanyi, mungkin bisa sampai sekitar pukul 11.00 WIB.
Anak-anak yang mengikuti SMB dari usia prasekolah, SD, hingga SMP. Siswa yang aktif mengikuti SMB di sini sekitar 40 siswa. Saat perayaan hari besar, jumlahnya bisa lebih banyak lagi.
Cici Koko yang aktif sebagai pembina SMB ada lebih dari 5 orang.
Kegiatannya antara lain pujabakti, nyanyi, ceramah Dhamma oleh guru sekolah Minggu, sesi tanya jawab, lalu berdana. Terkadang ada games untuk menarik perhatian anak-anak yang ikut SMB.
Selesai kegiatan SMB, anak-anak mendapatkan snack, kadang juga makanan berat berupa makanan khas dari sini: model, tekwan, celimpungan, atau nasi goreng. Makanan dan snack ini berasal dari donatur atau dari kas vihara atau kas SMB.
Bagi Anda (umat Buddha) yang tinggal di Kota Muara Enim, ayo ajak putra-putri Anda ikut SMB. Untuk mengetahui info tentang Vihara Avalokitesvara, Muara Enim dan SMB, silakan klik tautan InstaGram berikut: Vihara Avalokitervara dan IPGABI Muara Enim. (Ovianna Angelica)
Di bawah ini foto dan video kegiatan SMB Avalokitesvara Muara Enim.
Untuk memperbesar tampilan, silakan klik pada gambar.
Video Kegiatan SMB Vihara Avalokitesvara, Muara Enim
Source: https://vihara.blogspot.com
Berkunjung ke SMB Cetiya Sasana Dhamma, Kec. Periuk, Kota Tangerang
January 28, 2024 in Seputar SMB
Adik-adik, kali ini kita berkenalan dengan teman-teman kita di SMB (Sekolah Minggu Buddhis) Cetiya Sasana Dhamma, Tangerang. SMB di sini bernama SMB Katanu Katavedi.
Saat ini siswa SMB Katanu Katavedi berjumlah 28 orang, terdiri dari: siswa pra sekolah = 3 anak, TK: 2 anak, SD: 20 anak, SMP: 3 anak, dan SMA: 6 anak.
SMB ini diasuh oleh 6 orang Cici Koko yakni: Darren, Angel, Yolita, Yorin, Hanny, dan Arum. Saat ini SMB diketuai oleh Darren. Oh iya, SMB berlangsung setiap hari Minggu pukul 09.30 WIB.
Cetiya ini berlokasi di Jl. Kampung Bayur No. 30, RT 003 RW 004 Periuk Jaya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang 15131, Provinsi Banten.
Seperti biasa, umat Buddha datang ke vihara atau cetiya pada hari Minggu untuk mengikuti pujabakti. Orang dewasa mengikuti pujabakti dan anak-anak mengikuti Sekolah Minggu Buddhis (SMB).
Bekal Dhamma memang seharusnya diberikan kepada anak-anak Buddhis sejak usia dini. Di sinilah seharusnya peran orangtua Buddhis dalam memberikan fondasi keyakinan kepada anak-anak mereka.
Anak-anak akan diberikan pengetahuan Dhamma dengan cara yang menyenangkan, diselingi permainan, lagu, atau terkadang menyaksikan film. Selain mendapatkan pengetahuan Dhamma, anak-anak juga dapat belajar bersosialisasi.
Kamu seorang Buddhis tapi belum pernah ikut SMB? Ayo minta orangtuamu untuk mengantarkan kamu ikut SMB yang ada di kotamu. Cici Koko (Kakak Pembina SMB) akan menyambut gembira kedatanganmu.
Selain mengenal Dhamma, belajar aneka ketrampilan, dan mendapatkan banyak teman, setelah acara SMB selesai, anak-anak biasanya akan mendapatkan snack yang disediakan dari uang kas atau dari sumbangan donatur.
Ayo adik-adik, kita harus terus bersemangat belajar Dhamma. (Dedi Susanto).
Untuk memperbesar tampilan foto, silakan klik fotonya.
Anak-anak SMB Cetiya Sasana Dhamma, Jl. Kampung Bayur, Periuk Jaya, Kec. Periuk, Kota Tangerang, Banten (Minggu, 28 Januari 2024)
Pujabakti di Cetiya Sasana Dhamma, Kota Tangerang, Banten (Sabtu, 27 Januari 2024)
Source: https://vihara.blogspot.com
Cerpen Buddhis: Mengenangmu ….
January 1, 2024 in Cerpen Buddhis
Jalan raya di depanku tampak mulai ramai. Aku duduk sendiri di bangku berbahan semen yang disediakan untuk mereka yang menunggu angkot, angkutan kota. Aku bukan sedang menunggu angkot, aku baru saja turun dari ojol. Duduk sendiri menunggu mal buka. Mungkin masih sekitar 1 jam lagi mal baru buka. Aku memang datang agak kepagian, meski aku sudah tau mal belum buka.
Fajar yang dingin membangunkanku. Di luar kamar masih terdengar rintik air hujan. Aku segera bangun, mandi, dan bergegas akan pergi. Sandra, sepupuku membuka pintu kamarnya ketika aku pamit. Tampaknya Sandra masih belum sadar sepenuhnya. “Henny, mal belum buka sepagi ini,” Sandra mengingatkanku. “Sekalian mau jalan-jalan dulu menikmati udara pagi,” jawabku.
Hmmm … aku tidak jujur kepada Sandra. Tidurku tak nyenyak. Aku ingin segera sampai ke mal ini. Untuk apa? Hanya untuk napak tilas perjalananku dengan Dita, sahabat terbaikku. Di sini, di mal inilah kami berkenalan. Di sinilah kami sering menghabiskan waktu sepulang dari pujabakti di vihāra.
Waktu itu kami secara tak sengaja ‘bertabrakan’ saat sedang berjalan di dalam mal. Setelah saling mengucap kata, “Maaf,’ kami baru menyadari, ternyata kami satu vihāra. Kami saling mengenal wajah tapi tak pernah berkenalan secara langsung sehingga kami tak saling kenal nama. Dulu, dalam hati aku ingin sekali berkenalan, tapi aku tak pernah memulainya.
Singkat kata, sejak insiden kecil tak disengaja itu, kami berkenalan dan akhirnya akrab. Setiap selesai pujabakti di vihāra, kami berjalan kaki menuju mal ini. Vihāra tempat kami pujabakti memang sangat dekat dengan mal ini, salah satu mal tertua di kota ini.
Iya, sejak saat itu aku dan Dita jadi sahabat. Kami sama-sama orang perantauan. Aku kuliah di kota ini, Dita bekerja di kota ini. Dita berasal dari Bekasi, aku dari Palembang. Umur kami sama.
Kami seperti tak terpisahkan. Entah mengapa, meski belum lama mengenalnya, aku cepat akrab dengannya. Kami seperti teman lama yang baru bertemu lagi. Dita pun merasakan hal yang sama. Mungkinkah di kehidupan lampau kami memang bersahabat? Mungkin saja kami sahabat, saudara kandung, atau anak dan orang tua, nggak ada yang tau.
Dita langsung bekerja setelah menyelesaikan SMA-nya. Aku kuliah di kota yang sama. Sejak kenal dengan Dita, aku lebih ceria. Sebenarnya aku pendiam dan introvert, akhirnya punya sahabat yang jadi teman untuk berbagi cerita dan curhat. Kami punya satu kesamaan, sama-sama anak tunggal. Hanya saja, aku masih memiliki orang tua lengkap, Dita yatim piatu.
Selesai kuliah, aku melanjutkan ke S2 ke Australia. Kami terus berhubungan via WA dan video call. Akhir tahun lalu, tiba-tiba saja aku mendapat kabar dari sepupunya, Dita telah pergi untuk selamanya. Saat itu aku memang tak berencana berlibur ke Indonesia karena banyak tugas yang harus aku kerjakan. Aku coba usahakan untuk pulang, tapi aku tak mendapatkan tiket karena memang high season, menjelang Natal dan tahun baru. Aku hanya bisa menangis sendiri di kamarku.
Tahun ini aku kembali ke Indonesia. Kusempatkan mampir ke mal tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama. Hanya ini yang bisa kulakukan, mengenang semua kebersamaan yang begitu indah. Dita, aku tak tau harus ke mana menemuimu. Kau dikremasi dan abumu dilarung di Pantai Ancol. Tak ada makam, tak ada nisan.
Iya, semua yang ada di dunia ini tak ada yang abadi. Factory outlet di seberang mal ini, tempat Dita membelikanku jaket sebelum aku berangkat, sekarang sudah tutup. Resto fast food ayam goreng tempat aku mentraktir Dita yang berulang tahun juga sudah bangkrut. Bukan hanya itu, Dita, sahabat terbaikku pun sudah tak ada. “Aku kangen kamu Dita ….”
Gate gate pāragate pārasaṃgate bodhi svāhā – menyeberang, menyeberang, menyeberanglah sampai ke pantai seberang.
Kulihat pintu mal telah dibuka, aku berdiri, lalu melangkahkan kaki, aku seolah memasuki lorong waktu. Berjalan sendiri, mengenang semua tempat yang pernah kami kunjungi dengan segala cerita indah yang pernah kami jalani bersama.
* * * * *
“Mengenang seorang sahabat terbaikku yang telah pergi. Semua kenangan tentang kebaikanmu, kepedulianmu, dan kedermawananmu selalu jadi inspirasi hidupku.”
Dikutip dari Buletin KCBI edisi Desember 2023 halaman 41/42 karya Jaya Ratana (penulis bisa dihubungi dengan cara klik tulisan nama penulisnya).
Source: https://vihara.blogspot.com
Cerpen Buddhis: Anicca
December 1, 2023 in Cerpen Buddhis
Jam di ponsel-ku menunjukkan pukul 11.30 WIB, Minggu, 19 Desember 2038. Aku sedang duduk di sofa, mengamati sekelilingku. Tak banyak yang berubah. Di depanku ada gazebo, dan di depannya ada perpustakaan. Di sisi kiriku ada kolam ikan. Suara umat membaca paritta di Dhammasala masih terdengar.
Foto John tampak di layar ponselku yang menyala, tanda ada panggilan masuk. Untung saja ponsel-ku mode silent. Kuangkat telepon dari putra sulungku. “Pa, pujabaktinya sudah selesai?” tanya John. “Belum, kayaknya sebentar lagi. Sekarang sedang paritta Ettavata,” jawabku. “Oke Pa, sampai jumpa nanti malam,” tutup John. Sore ini John dan Jenny istrinya baru akan terbang dari Bandara Changi ke Bandara Soeta.
Hari ini aku mengantar kedua cucuku, Jessica dan Richard ke vihāra untuk ikut Sekolah Minggu Buddhis (SMB). Roy, putra keduaku sakit. Rissa, istri Roy tidak ikut ke vihāra karena harus menyiapkan sarapan untuk Roy.
Sejak kepindahan kami ke Singapura, aku, John, dan Roy jarang bertemu teman-teman kami. Maklumlah, semua punya kesibukan masing-masing. Tiga tahun terakhir kami tidak pulang ke Indonesia. Saat liburan, cucu-cucuku selalu minta liburan ke Eropa.
Pujabakti sudah selesai. Aku menyalakan suara ponsel-ku. Suasana ramai, tapi tak berlangsung lama. Setelah ngobrol basa-basi, umat meninggalkan vihāra karena berbagai keperluan masing-masing.
Suasana kembali sunyi. Sayup-sayup terdengar lagu Buddhis, “Sang Guru” dari ruang SMB yang tertutup rapat. Lagu ini mengantarkan pikiranku ke masa silam. Sekitar 15 tahun lalu, aku selalu memutar lagu ini bersama lagu Buddhis lain di rumah kami saat menjelang Waisak.
Ini salah satu lagu favorit Celine, istriku. Alangkah bahagianya jika saat ini Celine duduk di sampingku menunggu cucu kami yang ikut SMB. Aku yakin, kami pasti duduk di sofa ini jika tidak datang bersama kedua putra kami. Kaki kami sudah tidak kuat untuk naik tangga tanpa dituntun. Kami pasti akan duduk di sofa ini usai pujabakti, seperti kebiasaan kami belasan tahun lalu.
Waktu terasa berlalu begitu cepat. Tiba-tiba saja kedua putraku sudah selesai kuliah, bekerja, berkeluarga, dan punya anak, aku sudah jadi kakek. Namun, terkadang aku merasa waktu berjalan sangat lambat. Kesedihan dan kesepian sangat menyiksaku sejak ditinggal Celine, belahan jiwaku.
“Sampaikan pada jiwa yang bersedih, begitu dingin dunia yang kau huni, jika tak ada tempatmu kembali, bawa lukamu biar aku obati, …” nada dering ponsel-ku berbunyi. Aku kembali ke dunia nyata setelah lamunan panjang tentang kenangan bersama Celine. Telepon dari Aldi, temanku yang mengajak ketemuan.
Aku sangat suka lagu “Jiwa yang Bersedih” yang dipopulerkan Ghea Indrawari pertengahan tahun 2023 itu. Terdengar sedih, namun aku menikmatinya meski air mata menggenang di kedua mataku. Aku suka nadanya, juga syairnya, “Menangislah, ‘kan kau juga manusia, mana ada yang bisa, berlarut-larut, berpura-pura sempurna, ….”
“Yeye* …,” teriak Jessica dan Richard yang baru keluar dari ruang SMB. Aku cepat-cepat menyeka air mata. Anicca, segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal. Istilah ini sudah lama aku kenal dari buku Dhamma. Sangat mudah diucapkan saat kita menasihati orang lain. Ketika mengalaminya sendiri, sering kali kita sulit menerimanya.
“Celine, semoga terlahir di alam bahagia,” ucapku lirih.
* Yeye = panggilan untuk kakek dari pihak Papa dalam bahasa Mandarin.
Dikutip dari Buletin KCBI edisi November 2023 halaman 26/27 karya Jaya Ratana (penulis bisa dihubungi dengan cara klik tulisan nama penulisnya).
Source: https://vihara.blogspot.com
Mengenal TP Vidyasagara, SMB di Vihara Vimala Dharma, Bandung
November 26, 2023 in Seputar SMB
Taman Putra Vidyasagara atau biasa disebut TP Vidyasagara adalah SMB (Sekolah Minggu Buddhis) di Vihara Vimala Dharma, Bandung.
Anak-anak Buddhis setiap hari Minggu mengikuti kegiatan TP (belajar Dhamma dengan cara yang menyenangkan) dibimbing Cici dan Koko Pembina. Ketika orangtua mereka ikut pujabakti dilantai 2, anak-anak belajar Dhamma di TP Vidyasagara.
Kegiatan TP dimulai pukul 10.00. Pertama-tama anak-anak melaksanakan pujabakti terlebih dahulu. Setelah itu mereka akan belajar Dhamma. Dhamma yang disampaikan bisa dalam berbagai cara seperti story telling, menyanyikan lagu Buddhis, menonton film, permainan, dan lain-lain. Sesekali adik-adik juga diajarkan membuat aneka kerajinan, dan juga ada perayaan ulang tahun bersama.
Ayo
Papa dan Mama, luangkan waktu di hari Minggu, ajak anak-anak untuk ke vihāra/cetiya
untuk belajar Dhamma sejak dini. Beri mereka kesempatan belajar Dhamma
dan menjalani kehidupan ini sesuai Dhamma.
Selesai mengikuti SMB anak-anak mendapatkan snack yang disediakan dari uang kas atau dari sumbangan donatur. Semoga anak-anak terus bersemangat
belajar Dhamma. (HFJ)
Video TP Vidyasagara 1, klik: TP Vidyasagara
Video TP Vidyasagara 2, klik: TP Vidyasagara
Sumber foto dari IG TP Vidyasagara, video dari Cici Pembina
Source: https://vihara.blogspot.com
Berkunjung ke SMB Cetiya Dhammajala, Depok
October 9, 2023 in Seputar SMB
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Kali ini kita mengunjungi SMB (Sekolah Minggu
Buddhis) Cetiya Dhammajala, Depok. Di SMB ini totalnya ada sekitar 30 anak.
Tapi tiap minggunya yang hadir berkisar antara 10 hingga 20 anak. SMB ini dibimbing
oleh Bu Tasya.
Seperti SMB pada umumnya, setiap Minggu anak-anak belajar Dhamma dengan cara
yang menyenangkan. Selain mendengarkan Dhamma yang diberikan Kakak Pembina SMB,
terkadang juga mereka belajar menyanyikan lagu-lagu Buddhis.
Ayo Papa dan Mama, luangkan waktu, ajak anak-anak untuk ke vihāra/cetiya untuk belajar Dhamma sejak dini. Beri mereka kesempatan belajar Dhamma dan menjalani kehidupan ini sesuai Dhamma.
Selesai SMB anak-anak mendapatkan snack yang disediakan dari uang kas Cetiya
Dhammajala atau dari sumbangan donatur. Semoga anak-anak terus bersemangat
belajar Dhamma. (RNCD)
Source: https://vihara.blogspot.com
Kang Maman: Bhinneka Tunggal Cinta, Inilah Indonesia
October 1, 2023 in Indahnya Harmoni
Perjalanan Hidup Kang Maman Suherman, Sang Pemulung Kata
BONUS:
PThe Power of Reading – Uncensored with Andini Effendi Ep.13: Kang Maman
Source: https://vihara.blogspot.com
Laporan dari SMB Vihāra Vimala Chanda Ārāma, Singkawang
August 17, 2023 in Seputar SMB
Pada masa aktif sekolah, anak-anak SMB (Sekolah Minggu Buddhis) lebih sering menghadiri kegiatan SMB. Untuk SMB SD biasanya 50-60 anak berusia 6-12 tahun, SMB SMP dan SMK (A) biasanya 30-40 anak yang hadir. Rata-rata anak SMP berusia 12-16 tahun dan anak SMK(A) berusia 16-21 tahun.
Kebanyakan anak-anak SD yang mengikuti kegiatan SMB datang diantar oleh orang tua/wali mereka. Begitu juga dengan anak-anak SMP & SMK, ada yang datang diantar dan ada juga yang datang menggunakan kendaraan pribadi (motor). Rata-rata jarak tempat tinggal anak-anak dengan Vihāra Vimala Chanda Ārāma (VCA) sekitar 1-2km.
Ada sebagian anak yang cukup antusias untuk mengikuti kegiatan SMB, misalnya pada masa libur sekolah tetap datang mengikuti kegiatan SMB.
Pada saat jam masuk, anak-anak dibiasakan membaca paritta dan bermeditasi yang dipimpin oleh pemimpin pujabakti. Kemudian, dilanjutkan dengan kegiatan lainnya, contohnya adalah mendengarkan cerita Buddhis, mendengarkan Dhamma, bernyanyi lagu Buddhis, membuat kerajinan tangan, mewarnai, bermain games, dan lain sebagainya. Pada saat jam pulang, setiap anak diberikan snack atau camilan yang dananya berasal dari uang kas vihāra atau donatur.
Ketika akhir bulan, SMB selalu merayakan ulang tahun bersama dengan anak-anak yang berulang tahun di bulan tersebut. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling ditunggu anak-anak.
Kemudian, anak-anak SMB SMK(A) sudah mulai menjadi Panitia Hari Raya Agama Buddha di Vihāra Vimala Chanda Ārāma (VCA). Lalu, ada juga yang bergabung menjadi anggota Patria (Pemuda Theravada Indonesia) dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh organisasi tersebut. (AM)
Berikut beberapa foto kegiatan anak-anak SMB Vihāra Vimala Chanda Ārāma, Singkawang:
Source: https://vihara.blogspot.com
Kisah SMB Vihāra Dhammasākaccā Desa Terentang Hulu, Kalimantan Barat
June 16, 2023 in Seputar SMB
“Buddha Pedia” akan mengajak teman-teman berkeliling Indonesia mengenal SMB (Sekolah Minggu Buddhis) di berbagai daerah (terutama daerah pedesaan, yang umumnya memiliki fasilitas minim dan agak jauh dijangkau).
Kita ingin melihat aktivitas anak-anak SMB (generasi penerus bangsa).
Vihāra Dhammasākacchā terletak di Desa Terentang Hulu, Kalimantan Barat. Menurut Bu Wiharti yang mengajar SMB di sana, jumlah anak SMB yang ikut pujabakti bervariasi. Kadang banyak, kadang sedikit. Biasanya saat panen sawit atau sayuran, anak-anak membantu orang tua mereka, sehingga hanya sedikit yang datang ke vihāra. Selain itu, kondisi ekonomi orang tua jarak juga menjadi kendala.
Jarak tempat tinggal anak SMB ke vihara cukup jauh. Ada anak yang datang ke vihara bersama orang tua mereka, dan ada yang dijemput Bu Wiharti dengan perahu.
Guru agama Buddha juga kurang, hanya ada 1 guru agama Buddha yang berasal dari Lombok, ditambah Bu Wiharti (guru sekolah yang beragama Buddha).
Setelah kegiatan SMB, terkadang ada konsumsi berupa nasi dan lauk (seadanya) yang didanakan Bu Wiharti dan keluarga. Menurut Bu Wiharti, ada bantuan dana dari Kemenag, tapi belum mencukukupi karena biaya untuk kebutuhan vihara, umat, dan kegiatan SMB juga banyak.
“Tahun ini baru tahun kedua listrik masuk ke Desa Terentang. Sinyal ponsel pun tidak begitu bagus,” kata Bu Wiharti.
“Saya berusaha mengajar Dhamma semampu saya. Kami sangat terbantu dalam mengajarkan agama Buddha jika ada samanera atau bhante yang datang ke desa kami,” ungkap Bu Wiharti.
“Sekarang sudah mulai maju dan warga mulai memahami pentingnya pendidikan. Dulunya warga tionghua belum begitu mengerti tentang agama Buddha. Butuh kesabaran untuk merangkul umat Buddha.
Dulu waktu orang tua saya masih ada, hanya kami sekeluarga umat Buddha yang merayakan waisak. Kami selalu mengadakan pendekatan ke umat. Waktu itu belajar Dhamma (berdoa) di rumah saya. Setiap minggu anak-anak berkumpul di rumah sambil belajar Dhamma. Saya berusaha semampu saya untuk membimbing mereka. Tahun 2015 kami dapat bantuan, Pembimas Buddha sangat perhatian ke kami,” kisah Bu Wiharti.
“Di momen Waisak, ada seorang donatur yang berdana untuk snack anak-anak SMB. Saya mewakili seluruh anak SMB Terentang mengucapkan terima kasih banyak atas dananya,” pungkas Bu Wihari.
Berikut ini foto-foto kegiatan di Vihāra Dhammasākaccā Desa Terentang Hulu, Kalimantan Barat kiriman Bu Wiharti.
Jika ada foto yang terpotong, silakan klik saja pada foto itu, maka foto akan tampil utuh (lebih besar dan gambarnya tidak terpotong)
Berikut ini videonya:
Untuk melihat video singkatnya, silakan tulisan warna biru di bawah ini:
Ucapan Waisak dari Umat Vihara Dhammasakacca Desa Terentang Hulu, Kalimantan Barat
Pembacaan Dhammapada dari Anak SMB Vihara Dhammasakacca Desa Terentang Hulu, KalBar
Source: https://vihara.blogspot.com
Cerita dari SMB Vihara Viriya Dhamma, Sungai Purun Kecil, Kalimantan Barat
May 14, 2023 in Seputar SMB
Anak-anak SMB (Sekolah Minggu Buddhis) adalah generasi penerus lestarinya Buddha Dhamma. Sebagai seorang Buddhis, kita berharap agar anak-anak Buddhis rajin ikut SMB sehingga mereka mengenal Dhamma dan akhirnya sayang/cinta kepada Dhamma, seperti kata pepatah, “Tak kenal, maka tak sayang.”
Rutin datang ke vihara untuk ikut SMB membuat anak-anak mengenal Dhamma dan sayang (baca: cinta) kepada Buddha Dhamma. Kakak Pembina SMB berusaha kreatif dalam membina anak-anak SMB. Ada yang mengajarkan Dhamma dengan cara-cara yang kreatif agar anak-anak tertarik ikut SMB misalnya mengadakan diskusi Dhamma, menonton film bernuansa Dhamma, menyampaikan Dhamma dengan story telling, membuat prakarya, mengajak anak-anak bernyanyi lagu Buddhis, memberikan insentif agar anak-anak rajin ikut SMB.
Ada yang memberikan poin untuk setiap kehadiran anak, poin dikumpulkan dan nanti dapat ditukarkan dengan hadiah (alat tulis, sticker, mainan, snack, dan lain-lain).
Hari ini (Minggu, 14 Mei 2023) anak-anak SMB Vihara Viriya Dhamma di Sungai Purun Kecil, Kalimantan Barat tampak ceria. Setelah selesai kegiatan SMB, mereka mendapatkan snack dari seorang donatur. Semoga hal ini membuat anak-anak semakin rajin ikut SMB. Ayo adik-adik, rajin-rajin ke vihara ya? Sebentar lagi kita akan merayakan Waisak lho.
Berikut ini suasana ceria pembagian snack untuk anak SMB Vihara Viriya Dhamma di Sungai Purun Kecil, Kalimantan Barat.
Source: https://vihara.blogspot.com