Dhamma Indah Pada Awalnya, Pertengahan, dan Akhirnya
Posted on March 17, 2019
Yo Dhammaṁ desesi adikalyanaṁ majjhekalyanaṁ pariyosanakalyanaṁ’ti Dhamma itu Indah pada awalnya, Indah pada pertengahannya, Indah pada akhirnya.
Kalimat Dhamma di atas tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita sebagai umat Buddha. Ada beberapa penjelasan tentang pengertian dari ungkapan tersebut. Salah satunya adalah demikian:
Dhamma Indah Pada Awalnya adalah menjelaskan aspek pertama dari Dhamma. Aspek pertama dari Dhamma adalah teori (pariyatti), yang bisa kita lakukan dengan membaca buku-buku Dhamma, mendengar Dhammadesana, diskusi dan lainnya.
Keindahan pertama kita temukan bahwa pada tahap teori Dhamma mengarahkan kita untuk bebas dari lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (kebodohan batin).
Dhamma Indah Pada Pertengahannya adalah menjelaskan aspek kedua dari Dhamma. Aspek kedua dari Dhamma adalah Praktik, pelaksanaan, penerapan Dhamma dalam keseharian (patipatti): praktik dana, sila dan bhavana. Arah dari praktik Dhamma ini bertujuan sama seperti teori Dhamma, yaitu melenyapkan lobha, dosa, dan moha. Inilah keindahan kedua.
Dhamma Indah Pada Akhirnya adalah menjelaskan hasil dari teori dan praktik (pativedha) yaitu tercapainya pelenyapan lobha, dosa, moha, tercapainya tingkat-tingkat kesucian. Inilah keindahan ketiga dari Dhamma.
Mungkin teori dan praktik Dhamma yang kita jalani belum membuahkan tercapainya kesucian, tetapi setidaknya dengan teori dan praktik Dhamma yang sudah kita lakukan membuat batin kita lebih maju, baik dan bijak dalam menyikapi persoalan kehidupan.
Arah dari praktik Dhamma ini bertujuan sama seperti teori Dhamma, yaitu melenyapkan lobha, dosa, dan moha. Inilah keindahan kedua. Dhamma Indah Pada Akhirnya adalah menjelaskan hasil dari teori dan praktik (pativedha) yaitu tercapainya pelenyapan lobha, dosa, moha, tercapainya tingkat-tingkat kesucian. Inilah keindahan ketiga dari Dhamma. Mungkin teori dan praktik Dhamma yang kita jalani belum membuahkan tercapainya kesucian, tetapi setidaknya dengan teori dan praktik Dhamma yang sudah kita lakukan membuat batin kita lebih maju, baik dan bijak dalam menyikapi persoalan kehidupan.
ahannya adalah menjelaskan aspek kedua dari Dhamma. Aspek kedua dari Dhamma adalah Praktik, pelaksanaan, penerapan Dhamma dalam keseharian (patipatti): praktik dana, sila dan bhavana. Arah dari praktik Dhamma ini bertujuan sama seperti teori Dhamma, yaitu melenyapkan lobha, dosa, dan moha. Inilah keindahan kedua. Dhamma Indah Pada Akhirnya adalah menjelaskan hasil dari teori dan praktik (pativedha) yaitu tercapainya pelenyapan lobha, dosa, moha, tercapainya tingkat-tingkat kesucian. Inilah keindahan ketiga dari Dhamma.
Mungkin teori dan praktik Dhamma yang kita jalani belum membuahkan tercapainya kesucian, tetapi setidaknya dengan teori dan praktik Dhamma yang sudah kita lakukan membuat batin kita lebih maju, baik dan bijak dalam menyikapi persoalan kehidupan.